Komitmen Terhadap Waktu : Prinsip Sederhana yang Keramat

Foto : ILUSTRASI. (Foto: PC PMII Surabaya/Pribadi).

Oleh : Muhammad Adil Kafabih Cakra Vijaya (Anggota Biro Komunikasi dan Hubungan Pesantren Bidang III Keagamaan PC PMII Surabaya)

OPINI, PMII SURABAYA - Waktu merupakan salah satu dimensi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Sifatnya yang (setidaknya, hingga saat ini) tidak dapat dimanipulasi, serta independen (karena kita tidak dapat mengintervensi waktu yang telah berlalu) dapat menjadi jawaban untuk orang-orang yang mempertanyakan keabsahan pepatah "waktu lebih berharga daripada emas".

Adalah sangat beruntung apabila seseorang memiliki komitmen yang baik terhadap waktu. Disadur dari accurate.id (diakses pada 6 Juli 2022 pukul 21.10), setidaknya terdapat banyak manfaat manajemen waktu : mengurangi stres, meningkatkan produktivitas, memberikan reputasi positif, lebih banyak energi untuk waktu luang, mempermudah capaian target berkala, meningkatkan fokus, efisiensi pengambilan keputusan, akselerasi target capaian, meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan disiplin dan kepercayaan diri serta memperbaiki kualitas relasi dengan kolega yang lebih baik.

Berangkat dari hal-hal positif yang telah disebutkan di atas, seluruh elemen masyarakat mewajibkan warganya untuk senantiasa berpegang teguh pada komitmen terhadap waktu.

Ironisnya, banyak di antara kita (atau terus terang, penulis sendiri) yang justru acapkali meremehkan urgensitas waktu, terlebih bila berbicara soal agenda (harian) organisasi. Lebih parahnya lagi, ada oknum organisatoris yang menganggap wajar bahkan menilai bahwa kemampuan dalam menoleransi keterlambatan forum sebagai salah satu parameter loyalitas dan militansi dalam berorganisasi. Hal tersebut tentu tidak dapat dibenarkan, terlebih karena tidak relevan dengan firman Allah yang sering menekankan krusialnya waktu melalui sumpah-sumpahnya dalam Al-Qur.'an.

Lalu, bagaimana cara untuk meningkatkan komitmen terhadap waktu? Penulis mengajukan setidaknya 2 (dua) saran yang — insyaallah — dapat diterapkan di lingkungan organisasi.

Pertama, sejak proses kaderisasi formal pertama, para anggota dan kader harus didoktrin mengenai urgensitas waktu. Sebagai bentuk program rencana tindak lanjutnya, setiap agenda organisasi harus diperhatikan betul penetapan waktunya, termasuk pemberian reward dan penetapan punishment sesuai dengan sikap anggota atau kader yang bersangkutan.

Kedua, perlu adanya tata tertib yang rigid tentang manajemen waktu di dalam keseluruhan hierarki kepengurusan organisasi. Diharapkan dengan adanya tata tertib yang mengikat, baik kader maupun pengurus mempunyai dasar hukum untuk berkomitmen terhadap waktu.

Sebagai penutup, penulis berharap istilah "jam ormek" dapat direduksi eksistensinya, beriringan dengan adanya kesadaran yang semakin bertumbuh tentang nilai waktu. Adalah hal yang sia-sia ketika kita yang katanya sebagai agent of change dan pehobi diskusi yang ndakik-ndakik justru kurang menyadari betapa berharganya waktu. Izinkan penulis menyampaikan firman Allah yang berbunyi :

والعصر. ان الانسان لفي خسر. الا الذين امنوا و عملوا الصلحات و تواصوا بالحق و تواصوا بالصبر.

Wallahu a'lam bish-shawab.